Faktor Penyebab Pemalsuan Hadits Dan Contohnya
Makin kesini makin banyak orang yang seperti "sok tau" dalam berbicara hal yang menyangkut Islam. Itu dikarenakan jaman sekarang orang sudah biasa untuk berbohong.
Waduh, jadi pembohong itu penyebab utama pemalsuan Hadis? tidak juga. Itu hanya faktor utama saja.
Terdapat banyak faktor lain dalam pemalsuan hadits yang mendorong para pemalsu hadits melakukannya, dan beberapa faktor yang paling jelas adalah sebagai berikut :
1. Mendekatkan diri kepada Allah Subhannahu Wata'ala
Hal tersebut dilakukan dengan cara membuat hadits-hadits yang menyemangati orang-orang melakukan kabaikan, dan hadits-hadits yang menakuti orang-orang dari melakukan kemunkaran.
Para pemalsu hadits tersebut yaitu orang-orang yang mengaku dirinya orang-orang zuhud dan shalih, dan mereka adalah seburuk-buruknya para pemalsu hadits.
Karena orang-orang pasti menerima hadits-hadits palsu yang mereka sampaikan karena kepercayaan orang-orang kepada mereka.
Dintara orang-orang (para pemalsu hadits) tersebut adalah Maisarah bin 'Abdirrabbih.
Ibnu Hibban telah meriwayatkan di kitab ad-dhu'afa dari Ibnu Mahdi, ia berkata 'Aku berkata kepada Maisarah bin 'Abdirrabbih,
"Dari mana kamu dapatkan hadits-hadits ini yaitu barang siapa membaca ini, maka ia akan mendapatkan ini dan itu?"
Maisarah kemudian berkata :
"Aku membuatnya (memalsukannya) untuk menyemangati orang-orang dalam beribadah"
2. Mendukung madzhab (Sekte)
Terlebih sekte-sekte politik yaitu setelah munculnya fitnah (peperangan), dan lahirnya sekte-sekte politik seperti Khawarij dan Syi'ah.
Setiap sekte membuat hadits-hadits palsu yang mendukung sektenya seperti hadits
"Ali adalah sebaik-baiknya manusia, barang siapa yang ragu kepadanya maka ia telah kafir".
3. Menghujat terhadap agama islam
Para pemalsu hadit-hadits ini adalah orang-orang Zindiq (sesat, munafik, yang menampakan keislaman namun menyembunyikan kekafiran).
Mereka tidak mampu memerangi Islam secara terang-terangan, maka mereka menggunakan cara yang kotor dengan membuat beberapa hadits palsu dengan tujuan untuk membuat citra Islam menjadi buruk, dan menggugatnya.
Diantara para pemalsu hadits tersebut adalah Muhammad bin Sa'id as-Syami yang mati di tiang salib karena kezindikannya.
Ia pernah meriwayatkan (membuat hadits palsu) dari Humaid dari Anas secara marfu :
"Aku adalah nabi terakhir, tidak ada nabi setelahku, kecuali apabila Allah kehendaki".
Para pakar hadits telah menjelaskan tentang (kepalsuan) hadits ini, wa lillahilhamd wa minnah.
4. Menjilat penguasa
Yaitu pendekatan yang dilakukan oleh orang-orang yang lemah imannya kepada para penguasa dengan membuat hadits-hadits palsu yang sesuai dengan apa yang para penguasa tersebut lakukan berupa penyimpangan.
Seperti kisah Ghiyats bin Ibrahim an-Nakhai' al-Kufi dengan amir al-Muminin al-Mahdi. Taktalah Ghiyats menemuinya, al-Mahdi sedang bermain dengan burung merpati.
Maka Ghiyats bawakan hadits dengan sanadnya secara serampangan sampai ke Rasulullah - shallallahu 'alaihi wa sallam - bahwasanya ia bersabda :
"Tidak ada perlombaan dengan memperoleh ganti kecuali pada berpanah atau unta atau kuda, atau burung".
Ghiyats menambahkan kata 'atau burung' karena al-Mahdi. Akan tetapi al-Mahdi mengetahui hal tesebut (pemalsuan hadits dengan penambahan kata 'atau burung).
Maka al-Mahdi memerintahkan untuk menyembelih merpati tersebut, dan mengusir si pemalsu hadits dan penjilat tersebut, maka Ghiyats memperoleh kebalikan apa yang ia harapkan.
5. Mencari mata pencaharian atau rezeki
Seperti sebagian para pendongeng yang mencari rizki mereka dengan bercerita kepada orang-orang.
Kemudian mereka membawakan beberapa cerita unik dan menghibur sehingga orang-orang mendengarkannya kemudian memberi mereka uang, seperti yang dilakukan oleh Abu Sa'id al-Madaini.
6. Mencari popularitas
Yaitu dengan cara membawakan hadits-hadits yang unik yang tidak terdapat pada seorang syaikh atau gurupun.
Mereka membolak-balik sanad hadits supaya dianggap unik, maka membuat orang tertarik mendengarkannya dari mereka, seperti yang dilakukan oleh Abu Dihyah dan Hamad an-Nashibi.
7. Sekte karramiyah dalam pemalsuan hadits
Salah satu sekte bid'ah yang menamakan diri mereka Karramiyah mengira bolehnya memalsukan hadits hanya dalam rangka memberi semangat (untuk melakukan kebaikan) dan menakuti saja.
Mereka berdalih dalam melakukan perbuatan tersebut dengan sebagian jalan hadits
"Barang slapa berdusta atas namaku"
dengan menambahkan kalimat
"untuk menyesatkan orang-orang"
Akan tetapi penambahan kalimat tersebut (untuk menyesatkan orang-orang) tidak terbukti benar menurut para pakar hadits.
Sebagian dari mereka (Karramiyah) berkata :
"Kami berdusta demi dia (Muhammad) bukan atas namanya".
Perkataan atau alasan ini tidak masuk akal, karena syari'at Nabi shallallahu'alaihi wa sallam tidak membutuhkan para pendusta untuk menyebarkan agamanya.
Perkataan ini menyelisihi 'ijma (kesepakata) umat Islam, bahkan sampai-sampai Abu Muhamad al-Juwaini memastikan kekafiran seorang pemalsu hadits.
8. Kesalahan sebagian ahli tafsir dalam menyebutkan sebagian hadits palsu dalam kitab-kitab tafsir mereka
Sebagian ahli tafsir telah melakukan kesalahan dalam menyebutkan beberapa hadits-hadits palsu dalam kitab-kitab tafsir mereka tanpa menjelaskan kepalsuan hadits-hadits tersebut.
Khususnya dalam hadits yang diriwayatkan dari Ubay bin Ka'ab yang menyebutkan keutamaan-keutamaan surat-surat al-Quran. Diantara para ahli tafsir tersebut adalah :
- at-Tsa'labi
- al-Wahidi
- az-Zamakhsyari
- al-Baidhawi
- as-Syaukani
(Taisir Mushthalah al-Hadits karya Doktor Mahmud at-Thahhan)
Posting Komentar untuk "Faktor Penyebab Pemalsuan Hadits Dan Contohnya"